![]() |
Dok Istimewa; Foto Salah Satu SPBU di Kabupaten Bone |
Bone, Kabarpojok - Deru mesin kendaraan terdengar ramah berjejer memanjang mulai dari sisi nosel SPBU hingga ke bahu jalan, peluh keringat menetes dari pelipis hingga pipi pengendara yang dengan sabar menunggu antrian tiba.
Disisi Nosel yang lain terlihat sibuk buruh angkut jeriken dan pelangsir solar dengan tatapan tajam kesegala arah dengan sigap dan lincah menyusun jeriken berwarna biru.
Sesekali di tanya, mereka dengan tegas mengaku nelayan atau petani yang notabenenya setiap hari mengantri di SPBU, inilah pemandangan unik yang setiap hari kita jumpai di berbagai SPBU.
Seorang sumber Anonim yang di temui Senin 6 Oktober mengaku jika setiap pengisian jeriken itu di Bebani biaya pompa hingga Rp.10.000, dan uang pompa itu di bayar dengan harga bio solar, jadi jika pengisian solar Rp.215.000 maka otomatis kita bayar Rp. 225.000.
Lanjut sumber Anonim tersebut menambahkan jika dalam sehari, SPBU bisa mengisi hingga 150 jeriken, sementara kalau kapasitas solar SPBU 16 Kl bisa mengisi hingga 300 jeriken.
Dari pengakuan sumber anonim tersebut tentunya memantik berbagai pertanyaan, siapakah yang menikmati hasil dari biaya pompa tersebut ? Apakah karena biaya pompa sehingga pihak SPBU berani melayani para pelangsir yang mengaku petani dan nelayan tapi mengantri setiap hari ?
Nilai dari hasil biaya pompa jika di akumulasi maka 150 jeriken di kalikan Rp 10.000 maka pihak SPBU bisa mendapat penghasilan tambahan Rp. 1.500.000 per hari.
Dan jika di rata ratakan perhari dalam setahun atau 360 hari maka bisa meraup keuntungan hingga Rp. 540.000.000 ( lima ratus empat puluh juta rupiah ) untuk SPBU dengan jatah 8 Kl, dan untuk yang SPBU dengan kapasitas 16 Kl bisa mendapatkan keuntungan Miliaran Rupiah dalam setahun.